Kreasi Ide
Jumat, 16 Mei 2014
Selasa, 01 April 2014
BERBUAT BERSAMA BERPERAN SETARA
Banyak program yang diluncurkan ke
masyarakat baik itu program dari pemerintah ataupun swasta. Kategori program
itu juga bermacam-macam, mulai dari sosial, ekonomi, budaya, infrastruktur,
lingkungan, religi dll. Semua program yang diluncurkan itu baik bila dikaji
dari teorinya dan program-program itu bertujuan mensejahterakan masyarakat. Ada program yang berhasil dan ada juga yang tidak
berhasil. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah program
diantaranya partisipasi atau keikutsertaan.
Dalam sebuah program tentu ada yang
berperan sebagai objek/sasaran/penerima manfaat program dan pemangku
kepentingan/subjek/pelaku. Kedua peran ini bisa diselaraskan sehingga bisa
berjalan berdampingan dengan harmonis karena kedua peran ini sebenarnya bisa
saling bertukar tempat. Ada beberapa metode yang sering digunakan seperti PRA (Participatory Rural Appraisal), RRA (Rapid Rural Appraisal), ZOPP (Ziel, Orienterte, Projekt, Planung). Seperti
apa metode-metode ini ? Akan kita ulas disini satu persatu.
PRA (Participatory Rural Appraisal). Didalam metode ini ada istilah
berbuat bersama berperan setara dimana ada interaksi antara subjek dan objek
program. Dari kalimat istilah tersebut tentu dapat dipahami bahwa harus ada
keserasian dalam sebuah program bila ingin mencapai keberhasilan sehingga
kemudian akan muncul pernyataan dimana keberhasilan program ini bisa tercapai bukan
karena aku, bukan karena kamu, bukan karena dia, bukan karena kami atau karena
mereka tetapi keberhasilan ini karena kita.
Terkadang yang menjadi masalah
adalah para pemangku kepentingan tidak melibatkan sasaran dalam proses program
mulai dari perencanaan (planning),
penyusunan (organizing), pelaksanaan
(actuating), pengawasan (controlling), penilaian (evaluating). Jadi seperti program yang
sifatnya top down (keputusan yang
dihasilkan berdasarkan kemauan dari pemangku kepentingan) yang kebanyakan tidak
menyentuh kepentingan/kebutuhan sasaran karena tidak mengakomodasi aspirasi
sehingga tidak menimbulkan partisipasi sasaran. Dampaknya sangat menyedihkan
karena banyak program yang akan gagal.
Metode PRA (Participatory Rural Appraisal) jika diterjemahkan secara harfiah
kira-kira “Penilaian Perdesaan secara Partisifatif”. Tetapi istilah atau
terjemahan ini tidak lagi tepat jika kita melihat perkembangan konsep dan
penerapan di lapangan. PRA memang dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi,
namun jika kata “partisipasi” itu diterjemahkan sebagai “keikutsertaan” maka
akan ada pertanyaan “siapa yang ikut serta dalam kegiatan siapa ?”. Karena
idealnya keinginan dari program diprakarsai dan dimiliki oleh masyarakat, ini
berarti yang ikut serta adalah “orang luar” yaitu para pemangku kepentingan. Selanjutnya PRA mengandung aspek penelitian
tetapi tekanannnya bukanlah pada kemampuan tekik-teknik PRA dalam pengumpulan
data melainkan pada proses belajar masyarakat dan tujuan praktis untuk
pengembangan program. Pendekatan dan teknik-teknik PRA tidak hanya sesuai
untuk diterapkan di daerah rural/perdesaan tetapi juga di daerah perkotaan atau
pertemuan antara desa dan kota.
RRA (Rapid Rural Appraisal) “Penilaian Perdesaan secara Cepat” merupakan metode yang digunakan sebagai
langkah awal untuk memahami situasi setempat.
Sebagai pelaksanaanya dilakukan oleh suatu tim dan dilaksanakan dalam
waktu singkat, misal sekitar
4 hari sampai 3 minggu. Metode ini
dilaksanakan dengan menggali informasi terhadap hal yang telah terjadi,
kemudian mengamati dan melakukan wawancara langsung. Semua informasi tersebut diolah oleh tim
untuk kemudian diumpanbalikkan kepada masyarakat sebagai dasar perencanaan.
Metode RRA ini lebih berfungsi sebagai perencanaan dari penelitian lebih
lanjut, atau sebagai pelengkap penelitian yang lain, atau sebagai kaji-tindak
untuk menyelaraskan antara keinginan masyarakat dan penentu kebijakan.
Metode ZOPP, yakni
perencanaan proyek yang berorientasi kepada tujuan.
ZOPP, adalah singkatan dari kata-kata :
- Ziel, tujuan,
- Orienterte, berarti berorientasi,
- Projekt, berarti proyek, dan
- Planung, berarti perencanaan.
Perencanaan partisipatif melalui metode
ZOOP ini dilakukan dengan menggunakan empat alat kajian dalam rangka mengkaji
keadaan desa.
- Kajian permasalahan; dimaksudkan untuk menyidik masalah-masalah yang
terkait dengan suatu keadaan yang ingin diperbaiki melalui suatu proyek
pembangunan.
- Kajian tujuan; untuk meneliti tujuan-tujuan yang dapat dicapai
sebagai akibat dari pemecahan masalah-masalah tersebut.
- Kajian alternatif (pilihan-pilihan); untuk menetapkan pendekatan proyek yang
paling memberi harapan untuk berhasil.
- Kajian peran; untuk mendata berbagai pihak (lembaga, kelompok
masyarakat, dan sebagainya) yang terkait dengan proyek selanjutnya mengkaji
kepentingan dan potensi.
Melalui penggunaan alat kajian itu maka metode
ZOPP bertujuan untuk mengembangkan rancangan proyek yang taat azas dalam suatu
kerangka logis yang dalam
penerapannya dapat dikenali dari ciri-ciri utamanya. Dibawah ini tertera ciri-ciri utama metode
ZOPP.
-
Adanya
kerja kelompok; bahwa perencanaan dilakukan oleh semua pihak yang terkait
dengan proyek (mencirikan keterbukaan)
-
Adanya
peragaan; pada setiap tahap dalam perencanaan direkam secara serentak dan
lengkap serta dipaparkan agar semua pihak selalu mengetahui perkembangan
perencanaan secara jelas (mencirikan keterbukaan).
-
Adanya
kepemanduan; yakni kerjasama dalam penyusunan perencanaan diperlancar oleh
orang atau sekelompok orang yang tidak terkait dengan proyek, tetapi membantu
untuk mencapai mufakat (mencirikan kepemanduan)
Perencanaan dengan metode ZOPP mempunyai kegunaan untuk meningkatkan
kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui keadaan yang ingin diperbaiki
melalui proyek, merumuskan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dan sebagai dasar pelaksanaan proyek. Mutu hasil
perencanaan itu sangat tergantung pada informasi yang tersedia dan yang
diberikan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan selama ini, pada prinsipnya ketiga jenis
metode perencanaan partisipasif tersebut, mempunyai tujuan yang sama, yakni
memberdayakan masyarakat dan kelembagaan desa serta menumbuhkan partisipasi
masyarakat. Dengan metode ini diharapkan
sasaran-sasaran pembangunan desa lebih terarah dan berhasil guna. Namun, metode perencanaan partisipatif yang
telah ada ini, kiranya perlu diramu sedemikian rupa dengan mendasarkan prinsip
musyawarah gotong-royong yang telah hidup berurat-berakar di masyarakat
pedesaan. (Dari berbagai sumber)
Keywords :
Participatory Rural Appraisal
Partisipasi/keikutsertaan
Berbuat bersama berperan setara/sesuai kemampuan
masing-masing
Bukan karena aku, kamu,dia, kami atau mereka tetapi
kita
Sabtu, 22 Maret 2014
Rabu, 05 Maret 2014
SELIMUT ASAP DIMANA MANA (Salah Siapa ???)
Manusia sebagai agent
of change berpengaruh terhadap keseimbangan alam ini baik secara langsung
maupun tidak langsung. Seperti kita lihat dan alami bersama wabah kabut asap
yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia terutama Sumatera dan Kalimantan
yang merupakan titik terparah penyumbang asap dikarenakan kebakaran hutan
(menurut beberapa media).
Sumatera dan
Kalimantan adalah pulau pulau besar yang hutannya masih lumayan baik walaupun
luasannya terus menurun drastis karena proses ekploitasi. Permasalahan
terbakarnya hutan baik sengaja atau disengaja merupakan masalah rutin yang
selama ini belum bisa ditangani dengan baik sehingga kita juga secara rutin
terus menerus terkena dampaknya. Banyak akibat buruk yang terjadi seperti
hancurnya flora dan fauna, penyakit ISPA, kecelakaan karena berkurangnya jarak
pandang disamping renggangnya hubungan
dengan Negara tetangga karena ekspor
asap dari Indonesia. Sekali lagi ini sudah terjadi berulang- ulang dan
berkali-kali tetapi mengapa sepetinya kita tidak pernah belajar untuk lebih
memperhatikan lingkungan alam kita. Sudah seharusnya Negara melalui pemerintah
melakukan pengawasan dan penaganan terpadu terhadap aktivitas yang berkaitan
dengan hutan, jangan terlalu gampang mengeluarkan izin eksploitasi hutan karena
keuntungan materi semata dengan dalih demi kesejahteraan (kesejahteraan
siapa ???). Terlalu banyak nilai yang dikorbankan akibat wabah kabut asap ini.
Pada akhirnya
kita harus bisa bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk mencarikan jalan
keluar dari permasalahan ini. Seperti kata pepatah kita seharusnya tidak
terjatuh kedalam lubang yang sama dua kali karena kita manusia yang punya akal
dan pikiran yang merupakan anugerah Tuhan yang sangat berharga karena kelak
akan dimintai pertanggungjawabannya …
Senin, 24 Februari 2014
Mekanisasi Pertanian
Seiring dengan perkembangan zaman banyak perubahan yang terjadi dalam cara bercocok tanam. Mulai dari proses pembukaan lahan, pengolahan lahan, persiapan penanaman, persemaian /pembibitan, pembuatan lubang tanam, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemanenan. Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya teknologi dalam bidang pertanian orang-orang bertani masih dengan cara yang sangat tradisional. Semua tahapan dilakukan dengan tangan (manual).
Waktu yang dibutuhkan dan volume yang dihasilkan
biasanya sesuai dengan kemampuan orang yang bersangkutan. Bila orangnya
kuat-kuat dan banyak tentu waktu yang dibutuhkan akan lebih singkat dan volume
yang dihasilkan akan lebih besar.
Sekarang semua tahapan dalam
bercocok tanam sudah banyak yang dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin
pertanian (mekanisasi pertanian) seperti penggunaan traktor untuk land clearing (pembukaan dan pengolahan
lahan). Traktor juga ada bermacam jenis dan ukuran, ada traktor roda empat dan
ada juga yang beroda dua yang biasa disebut hand
tractor tersebut gunakan untuk, menggaru, membajak dan menggemburkan tanah kemudian
penggunaan planter & fertilizer
(mesin tanam & mesin pemupukan), sprayer/mix
blower (mesin penyemprot), sprinkle
(alat penyiram tanaman) dan harvester
(mesin yang digunakan untuk panen).
Bila dilihat dari waktu yang
dibutuhkan dan volume yang dihasilkan dari penerapan mesin-mesin pertanian
diatas memang terlihat perbedaan yang mencolok. Mekanisasi pertanian lebih
efektif dan efisien dari sisi waktu dan ekonomi. Tetapi penerapan mekanisasi
pertanian juga menimbulkan dampak ketenagakerjaan sebab akan mengurangi serapan
tenaga kerja. Bisa jadi akan menimbulkan pengangguran karena berkurangnya
lapangan kerja yang telah digantikan oleh mesin.
Rabu, 12 Februari 2014
Sabtu, 04 Januari 2014
Langganan:
Postingan (Atom)