Selasa, 01 April 2014

BERBUAT BERSAMA BERPERAN SETARA


Banyak program yang diluncurkan ke masyarakat baik itu program dari pemerintah ataupun swasta. Kategori program itu juga bermacam-macam, mulai dari sosial, ekonomi, budaya, infrastruktur, lingkungan, religi dll. Semua program yang diluncurkan itu baik bila dikaji dari teorinya dan program-program itu bertujuan mensejahterakan masyarakat. Ada program yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah program diantaranya partisipasi atau keikutsertaan.
Dalam sebuah program tentu ada yang berperan sebagai objek/sasaran/penerima manfaat program dan pemangku kepentingan/subjek/pelaku. Kedua peran ini bisa diselaraskan sehingga bisa berjalan berdampingan dengan harmonis karena kedua peran ini sebenarnya bisa saling bertukar tempat. Ada beberapa metode yang sering digunakan seperti PRA (Participatory Rural Appraisal), RRA (Rapid Rural Appraisal), ZOPP (Ziel, Orienterte, Projekt, Planung). Seperti apa metode-metode ini ? Akan kita ulas disini satu persatu.
PRA (Participatory Rural Appraisal). Didalam metode ini ada istilah berbuat bersama berperan setara dimana ada interaksi antara subjek dan objek program. Dari kalimat istilah tersebut tentu dapat dipahami bahwa harus ada keserasian dalam sebuah program bila ingin mencapai keberhasilan sehingga kemudian akan muncul pernyataan dimana keberhasilan program ini bisa tercapai bukan karena aku, bukan karena kamu, bukan karena dia, bukan karena kami atau karena mereka tetapi keberhasilan ini karena kita.
Terkadang yang menjadi masalah adalah para pemangku kepentingan tidak melibatkan sasaran dalam proses program mulai dari perencanaan (planning), penyusunan (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling), penilaian (evaluating). Jadi seperti program yang sifatnya top down (keputusan yang dihasilkan berdasarkan kemauan dari pemangku kepentingan) yang kebanyakan tidak menyentuh kepentingan/kebutuhan sasaran karena tidak mengakomodasi aspirasi sehingga tidak menimbulkan partisipasi sasaran. Dampaknya sangat menyedihkan karena banyak program yang akan gagal.
Metode PRA (Participatory Rural Appraisal) jika diterjemahkan secara harfiah kira-kira “Penilaian Perdesaan secara Partisifatif”. Tetapi istilah atau terjemahan ini tidak lagi tepat jika kita melihat perkembangan konsep dan penerapan di lapangan. PRA memang dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi, namun jika kata “partisipasi” itu diterjemahkan sebagai “keikutsertaan” maka akan ada pertanyaan “siapa yang ikut serta dalam kegiatan siapa ?”. Karena idealnya keinginan dari program diprakarsai dan dimiliki oleh masyarakat, ini berarti yang ikut serta adalah “orang luar” yaitu para pemangku kepentingan. Selanjutnya PRA mengandung aspek penelitian tetapi tekanannnya bukanlah pada kemampuan tekik-teknik PRA dalam pengumpulan data melainkan pada proses belajar masyarakat dan tujuan praktis untuk pengembangan program. Pendekatan dan teknik-teknik PRA tidak hanya sesuai untuk diterapkan di daerah rural/perdesaan tetapi juga di daerah perkotaan atau pertemuan antara desa dan kota.
RRA (Rapid Rural Appraisal) “Penilaian Perdesaan secara Cepat” merupakan metode yang digunakan sebagai langkah awal untuk memahami situasi setempat.  Sebagai pelaksanaanya dilakukan oleh suatu tim dan dilaksanakan dalam waktu singkat, misal sekitar 4 hari sampai 3 minggu.  Metode ini dilaksanakan dengan menggali informasi terhadap hal yang telah terjadi, kemudian mengamati dan melakukan wawancara langsung.  Semua informasi tersebut diolah oleh tim untuk kemudian diumpanbalikkan kepada masyarakat sebagai dasar perencanaan.
Metode RRA ini lebih berfungsi sebagai perencanaan dari penelitian lebih lanjut, atau sebagai pelengkap penelitian yang lain, atau sebagai kaji-tindak untuk menyelaraskan antara keinginan masyarakat dan penentu kebijakan.
Metode ZOPP, yakni perencanaan proyek yang berorientasi kepada tujuan.
ZOPP, adalah singkatan dari kata-kata :
-       Ziel, tujuan,
-       Orienterte, berarti berorientasi,
-       Projekt, berarti proyek, dan
-       Planung, berarti perencanaan.
Perencanaan partisipatif melalui metode ZOOP ini dilakukan dengan menggunakan empat alat kajian dalam rangka mengkaji keadaan desa.
-       Kajian permasalahan; dimaksudkan untuk menyidik masalah-masalah yang terkait dengan suatu keadaan yang ingin diperbaiki melalui suatu proyek pembangunan.
-       Kajian tujuan; untuk meneliti tujuan-tujuan yang dapat dicapai sebagai akibat dari pemecahan masalah-masalah tersebut.
-       Kajian alternatif (pilihan-pilihan); untuk menetapkan pendekatan proyek yang paling memberi harapan untuk berhasil.
-       Kajian peran; untuk mendata berbagai pihak (lembaga, kelompok masyarakat, dan sebagainya) yang terkait dengan proyek selanjutnya mengkaji kepentingan dan potensi.
Melalui penggunaan alat kajian itu maka metode ZOPP bertujuan untuk mengembangkan rancangan proyek yang taat azas dalam suatu kerangka logis yang dalam penerapannya dapat dikenali dari ciri-ciri utamanya.  Dibawah ini tertera ciri-ciri utama metode ZOPP.
-       Adanya kerja kelompok; bahwa perencanaan dilakukan oleh semua pihak yang terkait dengan proyek (mencirikan keterbukaan)
-       Adanya peragaan; pada setiap tahap dalam perencanaan direkam secara serentak dan lengkap serta dipaparkan agar semua pihak selalu mengetahui perkembangan perencanaan secara jelas (mencirikan keterbukaan).
-       Adanya kepemanduan; yakni kerjasama dalam penyusunan perencanaan diperlancar oleh orang atau sekelompok orang yang tidak terkait dengan proyek, tetapi membantu untuk mencapai mufakat (mencirikan kepemanduan)
Perencanaan dengan metode ZOPP mempunyai kegunaan untuk meningkatkan kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui keadaan yang ingin diperbaiki melalui proyek, merumuskan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan sebagai dasar pelaksanaan proyek. Mutu hasil perencanaan itu sangat tergantung pada informasi yang tersedia dan yang diberikan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan selama ini, pada prinsipnya ketiga jenis metode perencanaan partisipasif tersebut, mempunyai tujuan yang sama, yakni memberdayakan masyarakat dan kelembagaan desa serta menumbuhkan partisipasi masyarakat.  Dengan metode ini diharapkan sasaran-sasaran pembangunan desa lebih terarah dan berhasil guna.  Namun, metode perencanaan partisipatif yang telah ada ini, kiranya perlu diramu sedemikian rupa dengan mendasarkan prinsip musyawarah gotong-royong yang telah hidup berurat-berakar di masyarakat pedesaan. (Dari berbagai sumber)

Keywords :
Participatory Rural Appraisal
Partisipasi/keikutsertaan
Berbuat bersama berperan setara/sesuai kemampuan masing-masing
Bukan karena aku, kamu,dia, kami atau mereka tetapi kita

Rabu, 05 Maret 2014

SELIMUT ASAP DIMANA MANA (Salah Siapa ???)


Alam ini merupakan tempat kita hidup. Semua kehidupan di alam ini mempunyai keseimbangan tetapi banyak dari kita yang tidak menyadari atau mengetahuinya bahkan tidak mempedulikannya.  
Manusia sebagai agent of change berpengaruh terhadap keseimbangan alam ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti kita lihat dan alami bersama wabah kabut asap yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia terutama Sumatera dan Kalimantan yang merupakan titik terparah penyumbang asap dikarenakan kebakaran hutan (menurut beberapa media).

Sumatera dan Kalimantan adalah pulau pulau besar yang hutannya masih lumayan baik walaupun luasannya terus menurun drastis karena proses ekploitasi. Permasalahan terbakarnya hutan baik sengaja atau disengaja merupakan masalah rutin yang selama ini belum bisa ditangani dengan baik sehingga kita juga secara rutin terus menerus terkena dampaknya. Banyak akibat buruk yang terjadi seperti hancurnya flora dan fauna, penyakit ISPA, kecelakaan karena berkurangnya jarak pandang  disamping renggangnya hubungan dengan Negara tetangga karena ekspor  asap dari Indonesia. Sekali lagi ini sudah terjadi berulang- ulang dan berkali-kali tetapi mengapa sepetinya kita tidak pernah belajar untuk lebih memperhatikan lingkungan alam kita. Sudah seharusnya Negara melalui pemerintah melakukan pengawasan dan penaganan terpadu terhadap aktivitas yang berkaitan dengan hutan, jangan terlalu gampang mengeluarkan izin eksploitasi hutan karena keuntungan materi semata dengan dalih demi kesejahteraan (kesejahteraan siapa ???). Terlalu banyak nilai yang dikorbankan akibat wabah kabut asap ini.

Pada akhirnya kita harus bisa bekerja sama dan sama-sama bekerja untuk mencarikan jalan keluar dari permasalahan ini. Seperti kata pepatah kita seharusnya tidak terjatuh kedalam lubang yang sama dua kali karena kita manusia yang punya akal dan pikiran yang merupakan anugerah Tuhan yang sangat berharga karena kelak akan dimintai pertanggungjawabannya …       

Senin, 24 Februari 2014

Mekanisasi Pertanian



Seiring dengan perkembangan zaman banyak perubahan yang terjadi dalam cara bercocok tanam. Mulai dari proses pembukaan lahan, pengolahan lahan,  persiapan penanaman,  persemaian /pembibitan, pembuatan lubang tanam, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemanenan. Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya teknologi dalam bidang pertanian orang-orang bertani masih dengan cara yang sangat tradisional. Semua tahapan dilakukan dengan tangan (manual).
Waktu yang dibutuhkan dan volume yang dihasilkan biasanya sesuai dengan kemampuan orang yang bersangkutan. Bila orangnya kuat-kuat dan banyak tentu waktu yang dibutuhkan akan lebih singkat dan volume yang dihasilkan akan lebih besar.
Sekarang semua tahapan dalam bercocok tanam sudah banyak yang dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin pertanian (mekanisasi pertanian) seperti penggunaan traktor untuk land clearing (pembukaan dan pengolahan lahan). Traktor juga ada bermacam jenis dan ukuran, ada traktor roda empat dan ada juga yang beroda dua yang biasa disebut hand tractor tersebut gunakan untuk, menggaru, membajak dan menggemburkan tanah kemudian penggunaan planter & fertilizer (mesin tanam & mesin pemupukan), sprayer/mix blower (mesin penyemprot), sprinkle (alat penyiram tanaman) dan harvester (mesin yang digunakan untuk panen).
Bila dilihat dari waktu yang dibutuhkan dan volume yang dihasilkan dari penerapan mesin-mesin pertanian diatas memang terlihat perbedaan yang mencolok. Mekanisasi pertanian lebih efektif dan efisien dari sisi waktu dan ekonomi. Tetapi penerapan mekanisasi pertanian juga menimbulkan dampak ketenagakerjaan sebab akan mengurangi serapan tenaga kerja. Bisa jadi akan menimbulkan pengangguran karena berkurangnya lapangan kerja yang telah digantikan oleh mesin.